Makalah Kimia
Periode Empat
Kelas : XII IPA 2
Nama Kelompok : 1.
Damar Prasetyo
2. Sandytias Adi Prakoso
3. Syarafina Deti Kartika
4. Vina Ari Fitriyanti
5.
Zhafir Farid Yahya
SMAN 4 TAMBUN SELATAN
Tahun Ajaran 2012-2013
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah
kami yang berjudul periode empat.
Dalam makalah ini kami menjelaskan
mengenai periode empat secara umum. Adapun tujuan kami membuat makalah ini yang
utama untuk memenuhi tugas dari guru pembimbing kami dalam mata pelajaran
KIMIA. Di sisi lain, kami membuat makalah untuk mengetahui lebih rinci mengenai
periode empat.
Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, diharapkan
kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah kami untuk ke depannya.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
siswa/siswi yang mau mempelajari lebih luas tentang periode empat.
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unsur
transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d
yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini
menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang
tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik,
warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks.
Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc),
Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co),
Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke
kanan (Zn), keelektronegatifan unsur hampir sama, tidak meningkat maupun menurun
secara signifikan. Selain itu, ukuran atom (jari-jari unsur) serta energi
ionisasi juga tidak mengalami perubahan signifikan. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa semua unsur transisi periode keempat memiliki sifat kimia dan
sifat fisika yang serupa. Hal ini berbeda dengan unsur utama yang mengalami
perubahan sifat yang sangat signifikan dalam satu periode.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah :
1.2.1
Untuk
mengetahui unsur apa saja yang terdapat pada unsur transisi periode keempat
1.2.2
Manfaat
dan kegunaan dari unsur transisi periode keempat
1.2.3
Untuk menjelaskan sifat fisis dan
sifat kimia unsur-unsur periode ke empat.
1.3 Metode
Metode yang kami
gunakan pada penulisan makalah ini adalah metode deskriptif.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Unsur Transisi Periode Keempat dan
Logam Transisi Periode Keempat
Unsur
transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan
kulit pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain.
Unsur
transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d
yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini
menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang
tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik,
warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks.
Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc),
Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co),
Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
1.
Skandium
(Sc) skandium ditemukan dalam berbagai bijih logam, tetapi keberadaannya di
alam jarang ditemukan. Keberadaannya di alam diperkirakan antara 5 ppm hingga
30 ppm. Contoh senyawa yang mengandung skandium adalah Sc(OH)3 dan
Na3ScF6.
2.
Titanium
(Ti) merupakan logam ke sembilan terbanyak 0,6 persen kerak bumi. Titanium di
alam dapat ditemukan dalam mineral rutil (TiO2) dan ilmenit (FeTiO3).
Contohnya senyawa yang mengandung unsur Titanium TiCl4.
3.
Vanadium (V) adalah logam abu-abu yang
keras dan tersebar luas dikulit bumi sekitar 0,02 % massa. Vanadium ditemukan
dalam mineral vanadit (Pb3(VO4)2), patronit (V2S5),
dan karnotit (K2(UO2)2(VO4)3H2O).
Contoh senyawa yang mengandung unsur vanadium adalah V2O5
yang digunakan untuk katalis pada pembuatan asam sulfat.
4. Kromium (Cr),
terletak pada golongan VI B periode keempat dan merupakan salah satu logam yang
penting ditemukan sekitar 122 ppm dalam kerak bumi. Kromonium ditemukan dalam
mineral kromit (FeCr2O4).
5. Mangan (Mn),
ditemukan dalam mineral pirolusit (MnO2). Contoh senyawa yang
mengandung unsur mangan adalah KMnO4, yang banyak digunakan sebagai
zat pengoksidasi dalam analisi di labolatorium.
6. Besi (Fe) adalah
unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2% massa kerak bumi). Besi
jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi umumnya ditemukan dalam
bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe2O3),
siderite (FeCO3), dan magnetite (Fe3O4). Logam
Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas hidrogen. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
Fe(s) + 2 H+(aq) ——>
Fe2+(aq) + H2(g)
Larutan asam sulfat pekat dapat
mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+. Sementara larutan asam nitrat pekat
akan membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang dapat menghambat reaksi lebih lanjut.
Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +3.
Beberapa contoh senyawa Besi (II) antara lain FeO (hitam), FeSO4. 7H2O
(hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS (hitam). Ion Fe2+ dapat
dengan mudah teroksidasi menjadi ion Fe3+ bila terdapat gas oksigen
yang cukup dalam larutan Fe2+. Sementara itu, senyawa yang
mengandung ion Besi (III) adalah Fe2O3 (coklat-merah) dan
FeCl3 (coklat).
7. Kobalt (Co) di
alam diperoleh sebagai bijih smaltit (CoAs2) dan kobaltit (CoAsS) yang
biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu.
8. Bijih nikel (Ni)
di alam banyak ditemukan dalam mineral petlantdit [(Fe,Ni)9S8)
dan gernarit(H2(NiMg)SiO4-. 2H2O).
9.
Tembaga (Cu) merupakan unsur yang
jarang ditemukan di alam (precious metal). Tembaga umumnya ditemukan dalam
bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti Pirit tembaga (kalkopirit)
CuFeS2, bornit (Cu3FeS3), kuprit (Cu2O),
melakonit (CuO), malasit (CuCO3.Cu(OH)2). Semua senyawa
Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak berwarna (kecuali Cu2O yang
berwarna merah), sedangkan semua senyawa Tembaga (II) bersifat paramagnetik dan
berwarna. Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu2+ berwarna biru.
Beberapa contoh senyawa yang mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam), CuSO4.5H2O
(biru), dan CuS (hitam).
10. Seng (Zn)
terdapat di alam sebagai senyawa sulfida seperti seng blende (ZnS), dan
calamine (ZnCO3), dan senyawa silikat seperti hemimorfit (ZnO.ZnSiO3.H2O).
2.1 Konfigurasi
Elektron Unsur Transisi Periode Keempat
Unsur
|
Nomor
Atom
|
Konfigurasi
Elektron
|
Orbital
|
|||||||
3d
|
4s
|
|||||||||
Skandium (Sc)
|
21
|
(Ar)
3d1 4s2
|
|
|
||||||
Titanium (Ti)
|
22
|
(Ar)
3d2 4s2
|
|
|
||||||
Vanadium (V)
|
23
|
(Ar)
3d3 4s2
|
|
|
||||||
Krom (Cr)
|
24
|
(Ar)
3d5 4s1
|
|
|
||||||
Mangan (Mn)
|
25
|
(Ar)
3d5 4s2
|
|
|
||||||
Besi (Fe)
|
26
|
(Ar)
3d6 4s2
|
|
|
||||||
Kobalt (Co)
|
27
|
(Ar)
3d7 4s2
|
|
|
||||||
Nikel (Ni)
|
28
|
(Ar)
3d8 4s2
|
|
|
||||||
Tembaga (Cu)
|
29
|
(Ar)
3d10 4s1
|
|
|
||||||
Seng (Zn)
|
30
|
(Ar)
3d10 4s2
|
|
|
Konfigurasi elektron Cr bukan (Ar) 3d4
4s2 tetapi (Ar) 3d5 4s1. Demikian halnya
dengan konfigurasi elektron Cu bukan (Ar) 3d9 4s2 tetapi
(Ar) 3d10 4s1. Hal ini berkenaan dengan kestabilan
orbitalnya, yaitu orbital-orbital d dan s stabil jika terisi penuh, bahkan 1/2
penuh pun lebih stabil daripada orbital lain.
2.1 Sifat Logam
Sifat
|
Sc
|
Ti
|
V
|
Cr
|
Mn
|
Fe
|
Co
|
Ni
|
Cu
|
Zn
|
Jari-jari
atom
|
1.44
|
1.32
|
1.22
|
1.18
|
1.17
|
1.17
|
1.16
|
1.15
|
1.17
|
1.25
|
Jari-jari
ion X2+
|
-
|
1.00
|
0.93
|
0.87
|
0.81
|
0.75
|
0.79
|
0.83
|
0.87
|
0.88
|
Titik
lebur (oC)
|
1.541
|
1.660
|
1.890
|
1.857
|
1.224
|
1.535
|
1.495
|
1.455
|
1.083
|
420
|
Titik
didih (oC)
|
2.831
|
3.287
|
3.380
|
2.672
|
1.962
|
2.750
|
2.870
|
2.732
|
2.567
|
907
|
Massa
jenis (g cm-3)
|
3
|
4.5
|
6
|
7.2
|
7.2
|
7.9
|
8.9
|
8.9
|
8.9
|
7.1
|
Kekerasan
(skala Mohs)
|
-
|
-
|
-
|
9
|
5
|
4.5
|
-
|
-
|
3
|
2.5
|
Energi
ionisasi (kJ mol-1)
|
631
|
658
|
650
|
652
|
717
|
759
|
758
|
737
|
745
|
906
|
Keelektronegatifan
|
1.3
|
1.5
|
1.6
|
1.6
|
1.5
|
1.5
|
1.8
|
1.8
|
1.9
|
1.6
|
E0
red X2+(aq) (volt)
|
-
|
-
|
-1.2
|
-0.91
|
-1.19
|
-0.44
|
-0.28
|
-0.25
|
+0.34
|
-0.76
|
E0
red X3+(aq) (volt)
|
-2.1
|
-1.2
|
-0.86
|
-0.74
|
-0.28
|
-0.4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2.1 Sifat Magnet
Adanya elektron-elektron yang tidak
berpasangan pada sub kulit d menyebabkan unsur-unsur transisi bersifat
paramagnetik (sedikit ditarik ke dalam medan magnet). Makin banyak elektron
yang tidak berpasangan, maka makin kuat pula sifat paramagnetknya. Pada seng
dimana orbital pada sub kulit d terisi penuh, maka bersifat diamagnetik (sedikit
ditolak keluar medan magnet).
2.2 Membentuk
senyawa-senyawa Berwarna
Senyawa unsur transisi (kecuali skandium
dan seng), memberikan bermacam warna baik padatan maupun larutannya. Warna
senyawa dari unsur transisi juga berkaitan dengan adanya orbital sub kulit d
yang terisi tidak penuh. Peralihan electron yang terjadi pada pengisian
subkulit d (sehingga terjadi perubahan bilangan oksidasi) menyebabkan
terjadinya warna pada senyawa logam transisi.
Senyawa dari Sc3+ dan Ti4+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya kosong,
serta senyawa dari Zn2+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya terisi
penuh, sehingga tidak terjadi peralihan elektron.
2.3 Tingkat Oksidasi
Unsur
transisi periode keempat memiliki beberapa tingkat oksidasi. Misalnya, Mn dapat
memiliki tingkat oksidasi +2 (terdapat pada MnSO4), +4 (terdapat
pada MnO2), +6 (terdapat pada K2MnO4), dan +7
(terdapat pada KMnO4).
Unsur
|
Tingkat Oksidasi
|
Tingkat Oksidasi yang stabil
|
Sc
|
+3
|
+3
|
Ti
|
+2,+3,+4
|
+4
|
V
|
+2,+3,+4,+5
|
+5
|
Cr
|
+2,+3,+4,+5,+6
|
+3,+6
|
Mn
|
+2,+3,+4,+6,+7
|
+2,+4,+7
|
Fe
|
+2,+3
|
+2,+3
|
Co
|
+2,+3
|
+2,+3
|
Ni
|
+2
|
+2
|
Cu
|
+1,+2
|
+1,+2
|
Zn
|
+2
|
+2
|
Keberagaman
tingkat oksidasi unsur transisi periode ke empat disebabkan elektron valensinya
menempati subkulit 3d dan 4s. Tingkat energi ke 2 subkulit itu sangat
berdekatan sehingga unsur transisi periode keempat dapat menggunakan elektron
pada sub kulit 3d dan 4s untuk membentuk ikatan. Misalnya, besi (Fe) dapat
memiliki tingkat oksidasi +2 dan +3. Tingkat oksidasi +2 terjadi karena besi
melepaskan 2 elektron pada subkulit 4s. Serta tingkat oksidasi +3 terjadi
karena besi melepaskan 2 elektron pada subkulit 4s dan 1 elektron pada subkulit
3d.
26Fe : [Ar] 3d6,
4s2 26Fe2+
: [Ar] 3d6
26Fe3+ :
[Ar] 3d5
Skandium (Sc) dan
Seng (Zn) hanya memiliki satu tingkat oksidasi. Sc dengan konfigurasi 21Sc:
[Ar] 3d1,4s2 cenderung melepaskan semua elektron
valensinya sehingga memiliki konfigurasi sama dengan argon. Zn dengan
konfigurasi 30Zn: [Ar] 3d10,4s2 cenderung
melepaskan elektron pada subkulit 4s sehingga memiliki konfigurasi elektron argon
ditambah dengan subkulit d yang penuh. Konfigurasi itu disebut pseudo gas
mulia.
21Sc: [Ar] 3d1,4s2 30Zn:
[Ar] 3d10,4s2
21Sc3+:
[Ar] 30Zn2+:
[Ar] 3d10
2.1 Ion Kompleks
Ion kompleks
adalah ion yang berbentuk dari suatu kation (biasanya ion logam transisi) yang
mengikat beberapa anion atau molekul netral. Selanjutnya, kation itu disebut
ion pusat dan anion atau molekul netral yang terikat pada ion pusat disebut
ligan. Pada ion kompleks [Cu(CN)4]2- dan [Fe(H2O)6]2+,
Cu2+ dan Fe2+ adalah ion pusat, sedangkan CN-
dan H2O adalah ligan.
2.1.1
Bilangan Koordinasi
Bilangan
koordinasi menyatakan jumlah ligan atau jumlah atom donor yang terkait pada ion
pusat. Bilangan koordinasi ion Cu2+ pada [Cu(CN)4]2-
adalah 4 dan bilangan koordinasi ion Fe2+ pada [Fe(H2O)6]2+
adalah 6. Biasanya, bilangan koordinasi suatu ion pusat sama dengan 2 kali
bilangan oksidasinya.
Ion pusat
|
Bilangan koordinasi
|
Ion pusat
|
Bilangan koordinasi
|
Cu2+
|
2,4
|
Zn2+
|
4,6
|
Ag+
|
2
|
Al3+
|
4,6
|
Au+
|
2,4
|
Sc3+
|
6
|
Cr2+
|
6
|
Cr3+
|
6
|
Fe2+
|
6
|
Fe3+
|
6
|
Co2+
|
4,6
|
Co3+
|
6
|
Ni2+
|
4,6
|
Au3+
|
4
|
Cu2+
|
4,6
|
|
|
2.1.2
Ligan
Ligan adalah
spesi yang memiliki atom yang dapat menjadi donor sepasang elektron pada ion
pusat. Ligan merupakan basa Leuwis, sedangkan ion pusat sebagai asam Leuwis.
Ligan dapat berupa ion monoatomik (tapi bukan atom netral), seperti ion halida
; berupa anion, seperti CN- dan NO2- ,berupa
molekul sederhana, seperti NH3 dan H2O ; berupa molekul
kompleks ; seperti piridin (C5H5N).
Ion
kompleks positif :
[Ag(NH3)2]+
= Diamin Perak (I)
[Cu(NH3)4]2+ = Tetra amin Tembaga (II)
[Zn(NH3)4]2+ = Tetra amin Seng (II)
[Co(NH3)6]3+ = Heksa amin Kobal (III)
[Cu(H2O)4]2+ = Tetra Aquo Tembaga (II)
[Co(H2O)6]3+ = Heksa Aquo Kobal (III)
Contoh : [Cr(NH3)4Cl2]+ →
atom pusat : Cr3+
Ligan
: NH3 (amina) dan Cl (kloro) bilangan koordinasi : 4 + 2 = 6
Nama ionnya = tetraamin dikloro
krom (III)
Ion kompleks negatif :
[Ni(CN)4]2- = Tetra siano Nikelat (II)
[Fe(CN)6]3- = Heksa siano Ferat (III)
[Fe(CN)6]4- = Heksa siano Ferat (II)
[Co(CN)6]4- = Heksa siano Kobaltat (II)
[Co(Cl6]3- = Heksa kloro Kobaltat (III)
Contoh
: [Ni(CN)4]2- → atom
pusat : Ni2+
Ligan : CN (siano) Bilangan koordinasi : 4
Nama
ionnya = tetrasiano nikelat (II)
Aturan
penamaan senyawa kompleks menurut IUPAC :
1.
Kation selalu disebutkan terlebih dahulu dari
pada anion
2.
Nama ligan disebutkan secara berurut sesuai
abjad.
Ligan adalah gugus molekul netral, ion atau
atom yang terikat pada suatu atom logam melalui ikatan koordinasi.
Daftar
ligan sesuai abjad.
Amino
= NH3 (bermuatan
0)
Akuo = H2O (bermuatan
0)
Bromo = Br- (bermuatan -1)
Hidrokso = OH- (bermuatan -1)
Iodo = I- (bermuatan
-1)
Kloro = Cl- (bermuatan
-1)
Nitrito = NO2- (bermuatatn-1)
Oksalato = C2O42-
(bermuatan -2)
Siano = CN- (bermuatan
-1)
Tiosianato = SCN- (bermuatan -1)
Tiosulfato = S2O32- (bermuatan -2)
3. Bila ligan lebih dari 1 maka dinyatakan dengan
awalan di- untuk 2, tri- untuk 3, tetra- untuk 4, penta- untuk 5 dan
seterusnya.
Unsur
|
Nama
|
Kation
|
Anion
|
Al
|
Aluminim
|
Aluminium
|
Aluminat
|
Ag
|
Perak
|
Perak
|
Argentat
|
Cr
|
Krom
|
Krom
|
Kromat
|
Co
|
Kobalt
|
Kobal
|
Kobaltat
|
Cu
|
Tembaga
|
Tembaga
|
Kuprat
|
Ni
|
Nikel
|
Nikel
|
Nikelat
|
Zn
|
Seng
|
Seng
|
Zinkat
|
Fe
|
Besi
|
Besi
|
Ferrat
|
Mn
|
Mangan
|
Mangan
|
Manganat
|
Pb
|
Timbale
|
Timbale
|
Plmbat
|
Au
|
Emas
|
Emas
|
Aurat
|
Sn
|
Timah
|
Timah
|
Stannat
|
4. Nama ion kompleks bermuatan positif nama usur
logamnnya menggunakan bahasa Indonesia dan diikuti bilangan oksidasi logam
tesebut dengan angka romawi dalam tanda kurung. Sedangkan untuk ion kompleks
bermuatan negative nama unsur logamnya dalam bahasa latin diakhiri –at dan di
ikuti bilangan oksidasi logam tersebut dengan angka romawi dalam tanda kurung.
2.1.3
Muatan ion Kompleks
Muatan ion
kompleks sama dengan muatan ion pusat ditambah muatan ligannya. Ion kompleks
yang terdiri atas ion pusat Al3+, 4 ligan H2O, dan 2
ligan OH- : memiliki muatan (+3) + (4.0) + (2x-1) = +1 sehingga ion
kompleksnya dapat ditulis [Al(H2O)4(OH)2]+.
2.1.4
Geometri Ion Kompleks
Ikatan yang
terjadi antara ion pusat dan ligan adalah ikatan kovalen koordinasi. Bilangan
koordinasi pada suatu ion kompleks menunjukkan jumlah pasangan elektron.
Menurut teori tolakan pasangan elektron valensi (VSEPR), ion kompleks yang
memiliki bilangan koordinasi 2, bentuk molekulnya linier, yang memiliki
bilangan koordinasi 4 bentuk molekulnya tetra hedron (tetra hedral) atau segi
empat dasar bergantung. Pada jenis orbital yang digunakan oleh pusatnya.
2.1.5
Warna senyawa kompleks
Unsur transisi
periode keempat membentuk senyawa berwarna karena adanya subkulit 3d yang
terisi tidak penuh. Jika tidak ada pengaruh luar, semua orbital pada sub kulit
yang sama memiliki tingkat energi sama. Setelah mengikat ligan, terjadilah
pemisahan tingkat energi pada orbital (splitting). Pada sistem oktahedral (ion
kompleks dengan bilangan koordinasi 6), terjadilah pemisahan tingkat energi
dengan orbital dx2–y2 dan dz2 menjadi lebih tinggi
daripada orbital dxy, dyz, dan dxz. Perbedaan
tingkat energi orbital itu sama dengan energi sinar tampak dengan demikian ion
pusat dari ion kompleks yang memiliki sub kulit d yang tidak penuh dapat
menyerap radiasi dari sinar tampak. Jika sinar itu dipancarkan, ion kompleks
menjadi tampak berwarna.
Unsur
|
+1
|
+2
|
+3
|
+4
|
+5
|
+6
|
+7
|
Sc
|
-
|
-
|
Tidak berwarna
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Ti
|
-
|
Ungu
|
Hijau
|
Tidak berwarna
|
-
|
-
|
-
|
V
|
-
|
Ungu
|
Hijau
|
biru
|
Merah
|
-
|
-
|
Cr
|
-
|
Biru
|
Ungu
|
-
|
-
|
Jingga
|
-
|
Mn
|
-
|
Merah muda
|
Merah
|
Coklat tua
|
Biru
|
Hijau
|
Ungu
|
Fe
|
-
|
Hijau
|
Jingga
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Co
|
-
|
Merah muda
|
Biru
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Ni
|
-
|
Hijau
|
Merah
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Cu
|
Tidak berwarna
|
Biru
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Zn
|
-
|
Tidak berwarna
|
-
|
-
|
-
|
Kecuali Sc dan Zn, unsur-unsur transisi
periode keempat mempunyai beberapa tingkat oksidasi. Bilangan oksidasi yang
mungkin bergantung pada bilangan oksidasi yang dapat dicapai kestabilannya.
Kestabilan senyawa logam transisi
diantaranya bergantung pada jenis atom yang mengikat logam transisi, senyawa
berbentuk Kristal atau larutan, PH dalam air.
2.2 Kegunaan
2.8.1 Skandium = SC
Kegunaan :
a.
Untuk
menghasilkan cahaya berintesitas tinggi
b.
Radioaktifnya
sebagai perunut pada pemurnian minyak bumi
c.
Senyawanya
sebagai aditif lampu uap-Hg dan transmisi TV warna
2.8.2
Titanium = Ti
Kegunaan :
a.
Komponen
penting logam paduan untuk pesawat, peluru kendali
b.
Karena
ketahanannya terhadap air laut maka digunakan juga untuk pembuatan peralatan
kapal yang langsung bersentuhan dengan laut, seperti kipas body kapal dan
sebagainya.
2.8.3
Vanadium = V
Kegunaan :
a.
Reactor
nuklir
b.
Pembuatan
baja tahan karat, untuk per, serta peralatan kecepatan tinggi
c.
Oksidanya
(V2O5) untuk keramik dan katalisator.
2.8.4
Kromium = Cr
Kegunaan :
a. Paduan logam untuk pembuatan baja.
b. Pewarna logam dan gelas
c. Sebagai katalisator
2.8.5
Mangan = Mn
Kegunaan :
a. Komponen penting paduan logam, karena sifatnya
keras, kuat,dan ketahanannya tinggi
b. Memperbesar fungsi Vitamin B dalam tubuh
c. KMnO4 sebagai oksidator kuat dalam
bidang kesehatan
2.8.6
Besi = Fe
Kegunaan :
a. Sebagai logam utama pada pembuatan baja
b. Besi dengan paduannya digunakan untuk pembuatan
rel, tulangan beton.
c. Digunakan untuk berbagai peralatan dalam
kehidupan sehari-hari.
2.8.7
Kobal = Co
Kegunaan :
a. Karena keras, tahan karat dan penampilannya
menarik maka sering digunakan untuk menyepuh logam lain
b. Pewarna biru pada porselen, kaca, genting
c. Pewarna sumber sinar gamma dalam bidang
kesehatan
2.8.8
Nikel = Ni
Kegunaan :
a. Paduan logam baja dan logam lain
b. Pelapis permukaan logam
c. Sebagai katalisator
d. Pewarna hijau pada keramik/porselen
e. Komponen pada baterai
2.8.9
Tembaga = Cu
Kegunaan :
a. Peralatan kelistrikan, sebagai rangkian dan
kawat kabel.
b. Logam paduan pada kuningan dan perunggu
2.8.10
Seng = Zn
Kegunaan :
a. Komponen paduan pada huruf mesin cetak
b. Sebagai logam patri
c. ZnO untuk industry cat, kosmetik, farmasi,
tekstil.
d. Zns untuk sinar X dan layar TV.
BAB
3
ANALISIS
3.1 Analisis
Dari materi yang telah dibahas dapat di analisis Bahwa
Unsur transisi periode keempat terdiri
dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium
(Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng
(Zn).
Dari sepuluh unsur
tersebut masing – masing unsur memiliki sifat yang berbeda, tingkat
oksidasi yang berbeda, dan kegunaan yang berbeda.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan Unsur Transisi Periode 4 ini
kami dapat menyimpulkan bahwa di dalam Unsur Transisi Periode 4 memiliki
Sifat yang tidak dimiliki Unsur lainnya.
Unsur Transisi Periode 4 memiliki 10 Senyawa yang terdapat diantara golongan
III B dan II B.
Dan kita Unsur Transisi Periode 4 banyak digunakan dalam kehidupan
seperti di bidang Analisis Kimia, Industri, dll.
4.2 Saran
Mengingat banyaknya kegunaan unsur-unsur
periode ke empat dalam kehidupan sehari-hari, maka siswa/siswi harus benar-benar memahami mengenai unsur-unsur
periode ke empat, sehingga menjadi sebuah pengetahuan di masa depan.
Daftar Pustaka
ga bsa d download dlm bntuk file ya ?
BalasHapus